Jumat, 30 Oktober 2015

Kau rindu, aku pun rindu



Kau rindu, aku pun rindu.
Tiga purnama rindu membuncah, menguap naik ke langit.
Di batas pandang ia berubah menjadi pinta.
Lalu setiap hari kita tengadah, menunggu jawaban.

Dan rindu kita hari ini dijawab.
Masihkan besok kita tengadah ke langit?
Itu saja.

(Palembang, hujan sudah turun, tanggal tiga puluh bulan sepuluh )

Jumat, 16 Oktober 2015

Alangkah Rindunya Kita…


Alangkah rindunya kita pada suatu waktu ketika keadilan bukan hanya sekedar slogan-slogan semu berisi janji-janji kosong.
 
Alangkah rindunya kita pada suatu masa ketika seorang pemimpin berkata “Biar aku yang memikulnya, apakah kau sanggup memikul dosaku di akhirat kelak?”

Alangkah rindunya kita ketika pemimpin dielu-elukan bukan karena statusnya sebagai pemimpin, tetapi sanjungan karena tak lagi ada kekerasan karena sebungkus nasi.

Kita benar-benar rindu ketika orang-orang di atas sana bukan berkata, “Aku yang harusnya memimpin.” Tetapi “Amanah ini sungguh berat bagiku, apakah kalian mau menjerumuskan aku?”

Betapa rindunya kita…
Ketika wajah-wajah pemimpin tidak tampak di pinggir-pinggir jalan, tetapi melekat erat di hati yang dipimpin.

Tidakkah kita rindu kepada kelapangan hati Hasan Bin Ali yang menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada sahabat ayahnya Muawiyah demi kenyamanan hidup kaum muslimin dan agar tidak lagi ada peperangan. Sehingga sejarah mencatatnya sebagai Tahun Persatuan.
Alangkah rindunya kita…

*Palembang, 3 Muharram 1437 H, dalam kerinduan.