Tampilkan postingan dengan label Gumaman Jiwa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gumaman Jiwa. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 Oktober 2015

Alangkah Rindunya Kita…


Alangkah rindunya kita pada suatu waktu ketika keadilan bukan hanya sekedar slogan-slogan semu berisi janji-janji kosong.
 
Alangkah rindunya kita pada suatu masa ketika seorang pemimpin berkata “Biar aku yang memikulnya, apakah kau sanggup memikul dosaku di akhirat kelak?”

Alangkah rindunya kita ketika pemimpin dielu-elukan bukan karena statusnya sebagai pemimpin, tetapi sanjungan karena tak lagi ada kekerasan karena sebungkus nasi.

Kita benar-benar rindu ketika orang-orang di atas sana bukan berkata, “Aku yang harusnya memimpin.” Tetapi “Amanah ini sungguh berat bagiku, apakah kalian mau menjerumuskan aku?”

Betapa rindunya kita…
Ketika wajah-wajah pemimpin tidak tampak di pinggir-pinggir jalan, tetapi melekat erat di hati yang dipimpin.

Tidakkah kita rindu kepada kelapangan hati Hasan Bin Ali yang menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada sahabat ayahnya Muawiyah demi kenyamanan hidup kaum muslimin dan agar tidak lagi ada peperangan. Sehingga sejarah mencatatnya sebagai Tahun Persatuan.
Alangkah rindunya kita…

*Palembang, 3 Muharram 1437 H, dalam kerinduan.

Senin, 07 Januari 2013

Senyum Penjual Kacang Rebus (Edisi Belajar Senyum)

Angin berhembus kuat, petir menggelegar, kilat menyambar, langit gelap seakan ingin menumpahkan seluruh isinya. Banyak kendaraan melaju dengan cepat pada malam itu, mengejar agar segera sampai di tempat berteduh sebelum hujan tumpah. Warung-warung tenda mulai bergegas mengemasi barang dagangan. Hujan membuat mereka tak ingin pulang larut. Jam dinding menunjukkan pukul 21.00 WIB.

Sabtu, 05 Januari 2013

"The Man Who Escape"

Sekitar tahun 80an
Sebuah kebakaran besar terjadi di kota Palembang, banyak rumah ludes terbakar dilalap si jago merah, tak terkecuali rumah milik orang tua pria itu. Mereka mengungsi ke rumah saudara yang lain dengan membawa barang-barang yang berhasil di selamatkan.

Setelah kebakaran, pria itu menghilang....

****

Jumat, 04 Januari 2013

Waktu Part 2 (Habis)

Ombak yang singgah di pantai, perlahan, pelan-pelan menggerus pasir ke dalam laut lalu hilang di telan samudera. Seperti ombak, waktu juga menggerus setiap kenangan yang bersemayam di ruang ingat kita, tapi tidak secara perlahan. Secara diam-diam, dengan cepat, kenangan-kenangan itu dipindahkan oleh waktu ke dalam ruang penglupaan kita, kecuali kenangan yang kita simpan sangat rapat, bukan di otak, bukan juga di ruang ingat yang paling dalam, tapi kenangan yang di simpan di hati.

 *****

Selasa, 05 April 2011

Setitik Air Dari Tuhan

Saat itu aku gersang
Merasa kerontang
tanpa pegangan
Tak tentu arah

Panas ladang ini buat setiap pori tubuh ini mengering
Tenggorokan menjerit menggeliat dengan dahaga yang sangat
Inikah sebuah hukuman Tuhan?
Aku limbung, terombang-ambing di lautan yang gersang

Akhirnya ku terpekur, tersungkur
Aku hilang tanpamu Tuhan
Jauh diri berbelok, makin samar kulihat cahaya-Mu
Aku takut Tuhan,takut kehilangan nikmat bercumbu, bercinta denganMu

CintaMu begitu luas Rabb...
Engkau teteskan setitik air saat dahaga menyerangku
Kau tuntun aku merapat dengan barisan itu
Barisan yang bergelimang cahayaMu

(Palembang, 5 April 2011)
Rasa Syukur yang Amat Sangat

Senin, 19 April 2010

Bocah-Bocah Surga

(Teruntuk bocah-bocah surga di bawah ampera)

Pagi ini kususuri jalan di bawah naungan ampera
Para bocah surga baru terbangun dari lelap
gontai mengayun langkah
lemah untuk tegak

Para bocah surga
mulai berlari menangkap angin
berlomba kumpulkan kabut
Di bawah naungan ampera

Bocah surga
bermata nanar
menyirat kepedihan
tapi ada Tuhan di mata mereka

(Bangga Surya Nagara, basecamp 19 April 2010)

Minggu, 18 April 2010

Tolong beritahu aku, Ibu....


Aku yang selalu terbuai dalam mimpi-mimpi cinta
Hingga rabun dalam kabut mimpiku
Tak tahu apa yang kucari
tak tahu apa yang ingin ku temukan

Ibu..
Lirih ku pinta padamu
beritahu aku makna mimpi itu
mimpi yang membuatku seperti si gila yang menerawang langit

Ibu...
anakmu menunggu
Sekedar gumaman sudah cukup bagiku untuk mengartikan semua itu

Aku yang semakin bingung dengan makna cinta yang ku temukan
Tak lebih dari kefanaan

Aku tenggelam dalam makna cinta dunia
Begitu melenakan

Ibu
Tolong beritahu aku...

(Bangga Surya Nagara, Basecamp 18 April 2010)