Alangkah rindunya kita pada suatu waktu ketika keadilan bukan hanya sekedar slogan-slogan semu berisi janji-janji kosong.
Jumat, 16 Oktober 2015
Alangkah Rindunya Kita…
Alangkah rindunya kita pada suatu waktu ketika keadilan bukan hanya sekedar slogan-slogan semu berisi janji-janji kosong.
Kamis, 17 September 2015
Ini tentang jodoh, eh rahasia, eh bukan.entahlah.
"Tidak disangka, ternyata kami berjodoh, padahal pas temenan ga punya rasa apa-apa"
"Baru kenal satu bulan, kami ngerasa klop, lalu nikah. Luar biasa kan"
Kalimat-kalimat diatas hanya sedikit contoh ungkapan orang-orang yang merasa mendapat surprise ketika berjumpa dengan jodoh mereka. Pastinya masih banyak kalimat-kalimat yang menunjukkan decak kagum dan ketidakpercayaan tentang misteri hidup yang satu ini, rahasia yang selalu menimbulkan pertanyaan di hati para jomblo.hehehe
Kalimat-kalimat diatas biasa saya dengar dari teman-teman yang baru menikah, lalu dengan antusias menceritakan pertemuan mereka dengan mata berbinar, penuh semangat, acapkali mereka bercerita sampai berkeringat dan haus. Begitulah, pembicaraan tentang rahasia pertemuan dengan belahan jiwa akan selalu menjadi topik yang menarik, tidak sedikit cerita-cerita itu diangkat menjadi sebuah novel, lalu menjadi film yang menghiasi layar bioskop tanah air. Tentunya dengan tambahan sedikit bumbu biar manis asam asin-nya lebih ngena di hati.
Kembali ke "jodoh". Jodoh itu salah satu rahasia besar Yang Maha Tunggal, sama seperti terahasiakannya kematian dan sebabnya, sama seperti tabir misteri rezeki dan pintunya. Bertemu jodoh, juga mempunyai sebab, layaknya kejadian-kejadian lain yang juga memiliki sebab. Tapi harus dipahami, sebab-sebab itu sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa dan sudah tertulis jelas di lauhul mahfuz. Hanya saja karena rahasianya begitu terjaga, kita lah yang menghubung-hubungkan surprise yang kita terima dengan kejadian-kejadian sebelumnya. Nah, disitulah indahnya, disitulah gregetnya. Hehe
Ada sebuah kisah tentang jodoh yang baru saya sadari akhir-akhir ini. Tentang pertemuan orang tua saya, tapi saya tidak akan menceritakan romantisme pertemuan mereka di jaman dulu. Saya akan mengupasnya dengan logika saya sebagai manusia. Ok saya mulai. Ayah saya menjalani masa sekolah di kota Palembang, dari kecil sampai SMA, dan mama saya dibesarkan di sebuah desa kecil di bawah bukit di Sumatera Barat. Kalau dilihat dari segi geografis, daerah tempat orangtua saya tumbuh, mereka tidak akan pernah bertemu. Lalu jika ditelaah dari sisi silsilah, ayah saya, bapak ayah saya, kakek ayah saya, bapak kakeknya ayah saya, lalu kakek kakeknya ayah saya tidak ada hubungan dengan siapapun di desa kecil di bawah bukit tadi, berkunjungpun tidak pernah, mungkin juga tidak pernah tahu ada kehidupan di bawah bukit itu. Walaupun secara logika manusia mereka tidak akan bertemu, toh akhirnya saya ada di muka bumi. Seperti kata ustad Salim A Fillah, jiwa-jiwa mempunyai kode masing-masing, layaknya tentara di sebuah pasukan, dipisahkan sejauh apapun, dibatasi dinding setinggi gunungpun, jika jiwa-jiwa itu saling memahami kode sandi yang diberikan, mereka akan bertemu dan berkumpul. Bagaimana cara dan dimana tempat pertemuan, itu juga akan jadi bagian indahnya sebuah rahasia. Seperti Adam a.s yang tidak pernah tahu akan kembali berkasih sayang dengan Hawa di Jabal Rahmah.
Tulisan ini sebenarnya tidak berniat mengangkat romantisme bertemu jodoh atau mencoba menggali rahasia semesta. Tulisan ini hanya sebagai stimulan untuk kembali sadar, lalu instrospeksi, dan kembali percaya dengan sungguh-sungguh kalau semuanya sudah diatur. Afa yang segera dibukakan tabir, dan ada yang tetap menjadi sangat indah ketika masih samar-samar, bertambah indah bila terungkap di waktu dan tempat yang tepat.
Jika semua rahasia masa depan bisa kita ketahui, tidak akan ada lagi kata perjuangan. Seperti tokoh kartun Nobita, tidak lagi memiliki tantangan untuk jatuh cinta diam-diam pada Shizuka karena Standby me sudah membuka rahasia masa depannya bersama Shizuka. Kasihan Nobita, udah dapat nilai 0 melulu, greget hidupnya pun hilang, ga ada degup-degupnya lagi kalau ketemu Shizuka. Hahahaa
Biarlah yang seharusnya jadi rahasia, tetap menjadi rahasia sampai waktu menyibak penghalangnya, seperti kamu.iyaaaa kamuuu....
Kamis, 30 April 2015
Belajar Lagi, Lagi-Lagi Belajar
Sabtu, 23 Maret 2013
Nasionalisme Padu Dalam Bola (Pesan Untuk Pengurus PSSI)
Kamis, 17 Januari 2013
Pesan Terakhir Imam Hasan Al-Banna (Re-post)
Bismillahirrahmaanirrahiim
Wahai MUJAHID DAKWAH!
Puluhan tahun lamanya, pendengaran, pergaulan, ketekunan, kegiatan berjuang, karena jerih payah dan banting tulang yang tiada hentinya, engkau telah kaya dengan pengalaman. Engkau sekarang telah jadi. Engkau telah memiliki pengertian dan ukuran, engkau telah turut menentukan jarum sejarah seperti orang lama. Engkau telah sampai pula ke batas sejarah, kini dan nanti.
Senin, 07 Januari 2013
Senyum Penjual Kacang Rebus (Edisi Belajar Senyum)
Sabtu, 05 Januari 2013
"The Man Who Escape"
Setelah kebakaran, pria itu menghilang....
****
Jumat, 04 Januari 2013
Waktu Part 2 (Habis)
Kamis, 03 Januari 2013
Waktu part 1
-Saya, saat SD-
Sabtu, 22 Desember 2012
Cerita Seorang Ibu
Kamis, 20 Desember 2012
Merangkai Tujuan
Awalnya merasa belum pantas untuk menyampaikan dan berpendapat tentang tujuan hidup di dunia ini, tapi dari beberapa hari yang lalu pikiran itu menari-nari, melompat ingin keluar. Ditambah lagi dengan melihat kejadian dan fenomena kehidupan yang terjadi disekitar. Bagi pembaca, tulisan ini tidak bermaksud untuk menunjuk-ajari, tapi tidak lebih hanya untuk melepas unek-unek. Semoga berguna dan dapat menjadi pembelajaran bagi kita bersama.
Sabtu, 15 Desember 2012
Secangkir Teh Hangat (untuk semua anak di muka bumi)
Pagi ini sama seperti pagi-pagi yang lalu, pagi dengan suasana macet, bising, dan asap. Tak banyak berubah sejak enam tahun lalu, masih saja macet.Tepat pukul tujuh, saya sudah duduk manis di meja kerja di sebuah instansi pendidikan dan mulai mengerjakan semua rutinitas yang sudah saya lakoni selama kurang lebih dua tahun ini. Rekapitulasi kerusakan laboratorium, perbaikan, dan pemeliharaan. Selesai mengerjakan semuannya, tiba-tiba teringat dua sosok wajah yang disebut pahlawan, lebih dari pahlawan kalau saya boleh menyebutnya. Pengorbanan, kerja keras dan kegigihan mereka membuat mereka pantas dikalungkan gelar pahlawan. Ah, ada lagi, mereka punya sesuatu yang sangat berharga, sesuatu yang membuat kita berkembang, tumbuh dengan caraa yang sangat baik, cinta dan ketulusan. Itulah mereka, dua sosok yang begitu mengagumkan, saya memanggilnya Mama dan Ayah. Apapun panggilan kepada mereka, Ibu, mama, bunda, emak, umi atau ayah, abah, papa, abi, yang jelas tidak akan mengurangi kemuliaan hati yang mereka miliki. Kemuliaan yang disayangi dunia dan dicintai oleh Sang Pencipta.
Enam tahun hidup jauh dari kedua sosok itu membuat saya semakin sadar besarnya arti kehadiran mereka. Cinta, marah, candaan, dan tawa seolah menjadi sumber tenaga untuk berkarya, dan tanpa mereka, rasanya gersang.
Ketika kecil dulu, tiap pagi merengek minta dibuatkan segelas susu, bermanja-manja minta dibuatkan nasi goreng spesial untuk sarapan. Sungguh nikmat. Ah Rabb, belum sempat kami membalas semuanya. Ingin rasanya ketika embun masih turun, kami menyeduh teh hangat untuk mereka, sekedar memberi rasa hangat untuk leher yang mulai keriput. Sambil mereka menikmati secangkir teh hangat yang kami seduh, kami pijit kaki mereka yang mulai linu. Entah kapan kami bisa melakukan untuk mereka. Beri kami waktu untuk itu Rabb.
Sekarang, hati telah ber-azzam untuk menjenguk mereka paling tidak dua kali setahun untuk menyeduh secangkir teh hangat untuk mereka sambil memijit kaki keriput mereka.
*untuk semua anak di muka bumi
=Palembang=
Rabu, 11 Mei 2011
Search...Click
Cuaca panas diiringi angin sepoi-sepoi sambil mendengarkan alunan saffix membuat sedikit termenung. Dulu, lagu ini paling sering didengar di hp, dikategorikan favorit lah...tapi seiring berjalan waktu, seolah lagu ini tertinggalkan. Yah, futur awalnya...
Lagu keimanan-nya Haris Saffix seolah punya daya magis yang luar biasa, jika orang yang sedang futur denger lagu ini, entah kenapa ada sebuah bisikan yang membuat hati kecil ini bergetar, dan timbul penyesalan yang begitu dalam terhadap kekhilafan yang dilakukan selama ini.
Cukup dulu, sedikit yang terasa di tengah panasnya Palembang.
Mau denger Saffix lagi brada.....
Selasa, 05 April 2011
Kita Buta. Kita Lumpuh. Kita Mati Rasa

Sering terdengar suara berkata, kenapa aku begini? kenapa aku begitu? Kenapa dia lebih cantik atau gagah dariku? Ah, suara-suara sumbang itu hampir tiap saat terlintas, menari-nari girang di kepala kita.
Pernah seorang teman berkata, apakah aku ini bodoh? Ujian saja aku harus mengulang. Ketika dia lulus ujian, dia mencari pekerjaan, namun Allah belum mengamanahkan sebuah pekerjaan untuknya. Teman itu berkata lagi, ternyata aku benar-benar bodoh, aku bukan orang yang beruntung.
Membaca kisah di atas, siapa yang sebenarnya dia salahkan?siapa yang mengatur rezeki manusia? Tak pantas manusia berkata seperti itu, berkata seolah menyalahkan Allah atas semua kegagalannya. Tak ingatkah kita, kita masih punya keluarga, dengan kasih saygn yang cukup kita di didik, dengan makan yang halal kita dibesarkan. Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Sering kita merasa jelek, tak sempurna, tak punya harta. Tidakkah kita ingat, setiap pagi kita masih melihat matahari terbit. Kita masih menghirup segarnya udara. Kita masih merasakan nikmat nasi goreng buatan Ibu. Masihkah kita tidak sempurna? Masihkah kita kekurangan? Lalu bagaimana dengan mereka yang buta matanya, tapi masi tersenyum. Mereka yang terbaring sakit parah, masih mampu tertawa penuh harap. Serendah itukah kita, tak sedikitpun menghargai banyaknya nikmat yang diberikan? Masihkah kita meras kurang?
Apa yang salah dalam diri kita? Siapa yang sebenarnya buta? Para tunanetra? Bukan!!! Kita yang buta, tak mampu melihat besarnya nikmat dari Tuhan kita. Hati kita mati rasa, bebal karena terbuai dunia. Kita lumpuh karena selalu merasa kurang ini dan kurang itu.
Kita buta mata hati
"Rabb, ampuni kami yang tak bersyukur padaMu. Ampuni dosa kufur kami. Ampuni kami yang buta mata hati ini"
HambaMu yang Lemah
5 april 2011
Senin, 16 Juni 2008
Ketika Allah Berkehendak
Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.
Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur'an (surat Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur'an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.
Saudara, itu kisah sepenggal kisah proses Umar Bin Khattab memeluk Islam.....
Mari kita renungkan, dari siapakah petunjuk itu???
siapa yang mampu melunakkan hati yang keras itu??
saudara pasti tahu jawabannya.....
Ketika Allah berkehendak, yakinlah semua pasti akan terjadi, tak ada yang mustahil di tangan-Nya.
Sabtu, 31 Mei 2008
Tujuan hidup

Tanpa terasa waktu begitu cepat berputar, umur pun begitu cepat bertambah.
Besok, kita memasuki pertengahan tahun 2008. Banyak yang telah kita lalui dalam hidup ini, namun adakah yang telah kita perbuat untuk suatu masa setelah dunia ini???
Pernahkah kita merenung untk apa kita hidup? dan akan kemana kita setelah ini?
Sudah siapkah kita menghadapi alam yang begitu sepi?
Wahai diri, tidakkah kau merasa takut pada hari itu????
Semua belum terlambat, sekaranglah saatnya untuk kembali.
Renungkan....

Cerita ini disadur dari bukunya Parlindungan Marpaung yang berjudul Setengah Isi Setengah Kosong, namun ada sedikit perubahan kata- kata. Ceritanya begini......
Ada seekor burung yang asyik terbang di langit sore, tiba- tiba hujan turun dan sayapnya basah. Karena tak mampu mengendalikan berat badannya, si burung jatuh tepat di atas kotoran sapi. Burung pun menngerutu karena jatuh di tempat yang menjijikkan. Tapi si burung tersadar, hangat yang di berikan kotoran sapi membuat sayapnya agak kering, burung menjadi senang. Si burung bertambah senang ketika datang seekor kucing "menyelamatkannya" dari kotoran tersebut, membawanya ke tempat bersih dan membersihkannya. Setelah tubuh si burung bersih, tiba- tiba kucing pun memakan si Burung.
Pelajaran yang dapat diambil :
Apa yang kita anggap tidak baik untuk kita belum tentu itu membuat kita celaka, dan apa yang kita anggap baik belum tentu mendatangkan kebahagiaan. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita.
Jalani hidup ini dengan bersyukur.