Selasa, 17 Juni 2008

Setiap Hari, Di Pasar Beras Cipinang



Kata "mengais" merupakan kata konotasi, mempunyai makna tidak sebenarnya, hanya kiasan. Namun kegiatan mengais rezeki di pasar Cipinang mempunyai makna denotasi. Mengapa bisa berbeda makna?

Setiap pagi, sekelompok orang, baik tua maupun muda berkumpul di pasar beras Cipinang. Mereka bukan pedagang beras yang mempunyai toko disana, mereka bukan juga para pembeli beras. Mereka adalah para pengumpul beras- beras yang berceceran dari karung beras yang dipindah dari mobil ke toko ataupun sebaliknya.

Dengan bermodal sapu lidi dan karung kecil merekapun beraksi demi kelangsungan hidup beberapa hari kedepan. Beras- beras yang berceceran merekan kumpulkan memakai sapu lidi, kemudian dimasukkan ke dalam karung. Setelah terkumpul mereka menjual beras tersebut, tentunya dengan harga yang lebih murah.

"Selain bisa dijual, juga bisa dimakan dirumah", kata salah seorang "pencari beras" di pasar itu.

Hidup mereka jauh dari standar sejahtera, dari pagi sampai sore mereka harus melakoni profesi itu.
Benar- benar memilukan, tapi apa hendak dikata, mereka juga butuh makan, sementara Penguasa Bangsa ini seolah tak peduli.

Ini hanya selembar kisah hidup rakyat bangsa ini, masih banyak kisah- kisah lain. Kisah yang datang dari tempat pembuangan sampah, dari pinggiran sungai, dan kisah dari tempat kumuh lainnya. Kemana kisah- kisah dari penghuni rumah mewah??
sepertinya itu hanya ada dalam sinetron.

Semoga "Para Pencari Beras" diberi kekuatan untuk bertahan di tanah ini....