Alangkah rindunya kita pada suatu waktu ketika keadilan bukan hanya sekedar slogan-slogan semu berisi janji-janji kosong.
Alangkah rindunya kita
pada suatu masa ketika seorang pemimpin berkata “Biar aku yang memikulnya,
apakah kau sanggup memikul dosaku di akhirat kelak?”
Alangkah rindunya kita
ketika pemimpin dielu-elukan bukan karena statusnya sebagai pemimpin, tetapi
sanjungan karena tak lagi ada kekerasan karena sebungkus nasi.
Kita benar-benar rindu
ketika orang-orang di atas sana bukan berkata, “Aku yang harusnya memimpin.” Tetapi
“Amanah ini sungguh berat bagiku, apakah kalian mau menjerumuskan aku?”
Betapa rindunya kita…
Ketika wajah-wajah
pemimpin tidak tampak di pinggir-pinggir jalan, tetapi melekat erat di hati
yang dipimpin.
Tidakkah kita rindu
kepada kelapangan hati Hasan Bin Ali yang menyerahkan tampuk kepemimpinan
kepada sahabat ayahnya Muawiyah demi kenyamanan hidup kaum muslimin dan agar
tidak lagi ada peperangan. Sehingga sejarah mencatatnya sebagai Tahun
Persatuan.
Alangkah rindunya kita…
*Palembang, 3 Muharram
1437 H, dalam kerinduan.