Kamis, 20 Desember 2012

Merangkai Tujuan

Awalnya merasa belum pantas untuk menyampaikan dan berpendapat tentang tujuan hidup di dunia ini, tapi dari beberapa hari yang lalu pikiran itu menari-nari, melompat ingin keluar. Ditambah lagi dengan melihat kejadian dan fenomena kehidupan yang terjadi disekitar. Bagi pembaca, tulisan ini tidak bermaksud untuk menunjuk-ajari, tapi tidak lebih hanya untuk melepas unek-unek. Semoga berguna dan dapat menjadi pembelajaran bagi kita bersama.
Jika kita renungkan, manusia memiliki siklus hidup yang pasti. Kelahiran, anak-anak, remaja, dewasa, menikah, menjadi tua, lalu meninggal dunia. Semua itu tak bisa kita hindari. Mungkin seperti itu secara umum siklus yang dilewati. Pertanyaannya, apakah hidup sebatas menjalani siklus itu, lantas habis begitu saja?

Sebagai makhluk hidup yang dikaruniai akal pikiran, tentu kita memiliki tujuan dan keinginan. Ingin kaya, punya mobil mewah, berprestasi dalam bidang akademik, dan tujuan-tujuan dunia lainnya. Anehnya, jika satu tujuan telah tercapai, bukannya kepuasan yang kita dapatkan, tapi malah hasrat untuk memperoleh yang lain akan muncul, dan biasanya hasrat itu akan lebih kuat daripada hasrat yang sebelumnya. Orang-orang bilang, begitulah manusia, tidak pernah puas, dan beginilah dunia, begitu menyilaukan. Lalu?
Sebenarnya kita sangat menyadari, tujuan-tujuan di dunia hanya bersifat sementara, tapi kita seolah meletakkan kesadaran itu di "ruang lupa" dalam rangka kepala, lalu perlahan kesadaran itu mengendap dan susah untuk mendapatkannya lagi. Akibatnya kita lupa dan dilenakan oleh tujuan-tujuan sementara. Sejatinya, tujuan-tujuan sementara yang kita kejar di dunia bisa menjadi kendaraan untuk mencapai tujuan yang seharusnya kita capai. Penyakit "lupa" dan hilang "kesadaran" membuat kita terlena dan beranggapan, "ah nanti saja."

Penting bagi kita untuk menggali kesadaran yang sudah lama mengendap agar kita kembali tahu apa tujuan kita sebenarnya. Tujuan kita dikirim ke dunia. Ini bukan berarti kita tidak boleh memperoleh tujuan dunia sebanyak-banyaknya. Itulah yang ingin saya sampaikan tentang merangkai tujuan.

Mari kita mulai mendapatkan tujuan dan keinginan kita di dunia, tanpa mengenyampingkan kesadaran bahwa itu hanya sementara. Lalu, tujuan-tujuan dunia yang sudah kita peroleh, kita jalin denga anyaman yang indah, kita rangkai dengan sedemikian rupa untuk menjadi kendaraan nyaman dan tangguh untuk menggapai tujuan hakiki kita. Apakah mudah?

Kembali mengingat sebuah kisah ketika Iblis dihukum Allah karena kesombongannya. Iblis minta kepada Allah agar diperbolehkan menggoda umat manusia hingga akhir zaman.
Nah, ini dia masalahnya, si laknatullah selalu membisikkan cerita-cerita yang melenakan yang membuat kita semakin tidak sadar, dan lagi-lagi kita lupa. Iblis tidak akan berhenti sampai disitu, setelah lupa kita akan dijerumuskan. Apakah setelah itu selesai? Ternyata belum. Iblis akan bahagia ketika kita benar-benar lupa lalu menganggap kealfaan itu bukan lagi dosa tetapi sudah menjadi kebiasaan. Na'udzubillah....

Terakhir, untuk membantu kita merangkai tujuan menggapai ridhoNya, banyak aspek yang harus kita persiapkan. Kematangan ruhiyah tentu saja, lingkungan, dan tak kalah pentinhg adalah memperoleh pendamping hidup yang mengerti kalau hidup ini bukan sebatas 24 jam sehari, atau 7 hari dalam seminggu, yang bisa mengingatkan di kala lupa kalau dunia  tidak selamanya.

Saatnya menjadikan apa yang kita peroleh sekarang dijadikan rangkaian-rangkaian kuat untuk memperoleh tujuan yang sebenarnya.

=Palembang=









Tidak ada komentar: