Selasa, 05 April 2011

Hidup dan Kematian, Setipis Kulit Ari

Cuaca kota ini begitu cerah, orang-orang bergegas melakukan aktivitas masing-masing. Deru mesin kendaraan menandakan kesibukan tingkat tinggi sedang melanda kota ini. Mobil-mobil terjebak macet, kendaraan roda dua berseliweran dengan kecepatan tinggi saling salip antara celah kendaraan roda empat, semua berpacu dengan waktu.

Keramaian kota pagi ini membuat setiap orang meningkatkan kewaspadaan berkendara demi keselamatn hingga di tujuan. Kurang sedikit kewaspadaa, suatu yang fatal akan terjadi.
Namundemikian, tak yang mampu memprediksi apa yang akan terjadi di tengah kesemrawutan kota pagi ini.

Ya, terkadang kehati-hatian penuh telah kita lakukan, tapi takdir berkata lain. Ada-ada saja yang terjadi yagn membuat kita celaka bahkan kehilangan nyawa.
Inilah yang harus kita waspadai, kematian tiba-tiba yang tak disangka. Tanpa sakit, tanpa peringatan Ah, begitulah kematian, bagai sebuah momok yang selalu menguntit kemanapun kita pergi, seaman apapun tempat itu menurut kita, sehati-hati apapun kita, tetap terselip kematian diantaranya. Bagaimanapun cara kita untuk menghindarinya, kematian itu pasti datang, kapan, dimana, sedang apa, tak ada satupun yang mengetahuinya. Jadi apa yang harus dilakukan?

Saatnya kita berkaca, apakah kondisi kita dalam keadaan siap saat kematian menjemput? Jangan pernah berfikir akan selamat dari kematian, seaman apapun tempat kita berlindung. Mulai detik ini mari kita coba berfikir bagaimana kita menyambut kematian dengan sukacita, dengan kesiapan penuh menghadapi alam baru.
Jangan pedulikan bagaiman cara, tempat, dan sebab kemtaian yang akan menjemput kita. Mari kita sejenak merenung tentang persiapan kita menemui kematian, apapun caranya, dimanapun tempatnya, dan kapanpun waktunya.
Semoga kita diambil dalam kondisi muslim yang sempurna.

Tidak ada komentar: